Minggu, 22 Desember 2013

Tangan Hangat yang Selalu Menyelimuti

Hujan senja mulai menyapa
rintik-rintik kecil yang menari jatuh di tanah
pada payung merah dan seorang bayi kecil
digendong tangan hangat yang selalu menyelimuti

Diajaknya bercanda bayi kecil itu dalam teduh
diusapnya kuping dan pipinya membagi cinta
dipeluknya dalam-dalam hingga tenggelam
membagi degup jantung yang beriringan

Matamu yang hitam kubingkai dalam kenangan
halus sentuhanmu kusimpan di nadi
senyum bahagiamu kusisipkan di dada kiri
hingga semuanya tak ada yang hilang nanti

Membelah samudera, melangkah pulang
menapaki gang-gang basah, yang penuh anak bermain hujan
menghela napas dan menghembuskannya pelan
pada kotak kecil yang kukenal rumah

Dadaku sakit, nafasku tercekik, aku menangis
rambutmu kini memutih
kulitmu kini mengendur bak kulit sapi
tangan halusmu hancur dimakan cucian

Dadamu tempatku tenggelam dulu telah tiada
tubuhmu yang punya peluk kini telah bungkuk
hanya mata hitam itu
dan senyum sederhana yang tetap sama

Maafkan anakmu ini
aku tak pernah pulang karena tak punya uang
aku berdosa, aku durhaka
dimana surga itu, akan kucuci kedua kakimu

Maafkan aku, perempuan pemilik dekap paling kasih
Aku tak akan kemana-mana lagi

Makassar, 2013

2 komentar:

  1. Nice...Blogwalking.... Salam kenal...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kak :)
      Makasih udah mampir..
      Salam kenal juga kak

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung, kasi komentar, saran, atau kritik yah :)

 

Copyright © Garis Satu Kata Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger