Jumat, 12 September 2014

Mungkin Malam

2 komentar
Mungkin malam memang teman yang paling setia. Bagi mereka yang merasa tak punya apa-apa, bagi mereka yang pernah mempunya kemudian kembali tiada (kepunyaannya). Mungkin begitulah. Malam selalu menjadi teman setia bagi siapa-siapa yang sendiri atau yang kemudian sendiri. Karena malam juga sebatang kara, seorang diri.

Mungkin malam memang pendengar yang paling baik. Bagi mereka yang sengaja bercerita, bagi mereka yang tak tahu ingin berkata apa pada sesiapa. Kiranya malam memang mengerti apa dan seluruhnya cerita-cerita, doa, bahkan perasaan yang sering kali ia dengar itu. Semuanya sama. Selalu tentang kesedihan, sepi, dan kehilangan. Mungkin begitulah. Malam tahu bagaimana rasanya hidup dalam sunyi, ia mengerti. Pikirnya jika bukan pada diriku, kemana lagi mereka akan menangisi rasa sakit ini?

Tapi...

Apakah malam sedih dirinya menjadi malam? Yang selalu sepi, sendiri, dan sedih sebagaimana rengek banyaknya manusia padanya?

Di tengah gigil, Malam meringkuk pelan, mengeratkan selimutnya perlahan. Di sampingnya, Bulan sedang terlelap. Entah, Sepi dan Sedih sedang kemana.


Makassar, 12 September 2014

Read full post »
 

Copyright © Garis Satu Kata Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger