Minggu, 28 Juli 2013

Resensi - My Perfect Sunset


Judul : My Perfect Sunset
Penulis : Kyria
Penerbit : Bentang Pustaka
Terbit : Februari 2013
Halaman : vi + 370 hlm; 20,5 cm
Harga : Rp. 58.000
ISBN : 978-602-7888-04-3

SINOPSIS

Tak pernah aku bermimpi akan bertemu denganmu, dengan cara seperti ini. Bagiku, dirimu bukanlah sosok yang kuharapkan untuk datang. Menghampiri, lalu menawariku sejuta harapan, mengajakku tidak bosan tertawa, dan setia menjadi sandaran sedu sedan tangisku.

Tetapi, di ujung sana, sosok yang sempurna menungguku dengan sabar. Menantiku merengkuhnya dengan beribu rasa rindu, memohonku dengan tulus untuk membuka pintu, dan mengharapkan sapaan "Sayang" kembali terucap dari bibirku.

Hatiku tak kuasa memilih, haruskah aku melupakanmu. Sekalipun kau yang mampu menyunggingkan senyum di wajahku, sekalipun kau yang menghapus air mata dari kedua pipiku, dan sekalipun kau yang mampu mewarnai hidupku.

Walau sejujurnya aku, seorang Indah, tidak ingin melepaskan sosok Satria ataupun Kevin. Egois memang. Meskipun kenyataan berkata bahwa untuk meraih sunset yang sempurna, kita harus memilih dan memutuskan.

*****

"Bertemu denganmu pasti bukanlah sebuah kebetulan, melainkan rencana Tuhan yang paling mengesankan."


Terkadang kita berpikir akan masa depan, tiga tahun ini aku akan seperti apa? Terkadang pula ada yang sudah memiliki target, satu tahun kedepan aku akan menikahinya, punya anak, dan hidup bahagia. Akan tetapi, sebenarnya kita tidak tahu bahwa apa yang sudah kita rancang dalam pikiran kita bukan selalu yang terbaik untuk kita. Karena terkadang apa yang kita inginkan bukan yang terjadi pada kehidupan kita.

Sama halnya dengan cinta, di lain sisi ia penuh dengan tanda tanya. Kita tidak pernah tahu apakah esok hari ia masih mencintaiku. Kita juga tak pernah tahu apakah hari esok masih dapat mencintainya. Dan kita juga tak pernah tahu apakah cinta yang kita jalani akan berakhir seperti yang kita harapkan. Cinta, ya seperti itulah itulah tema yang diangkat Kyria dalam novel berjudul My Perfect Sunset ini.

My Perfect Sunset menceritakan kisah Indah, seorang pegawai bank, yang bertemu dengan Satria, pemuda yang ternyata seorang petinju, dalam keadaan yang tidak terduga-duga. Satria menolong Indah  saat Indah hendak dirampok di sebuah gang kecil. Tak disangka pertemuan akan merubah hidup Indah dan kisah cintanya.

Masalah silih berganti datang dalam kehidupan Indah. Ia merasa sudah jenuh dan tidak nyaman lagi dengan pekerjaannya di kantor. Heru, supervisor di tempatnya selalu menekannya terutama jika Indah melakukan kesalahan. Indah seakan merasa ingin keluar dari rutinitas itu. Tak disangka puncak masalahnya datang. Ia mendapati Kevin sang kekasihnya bersama wanita lain, Karina. Jantungnya berdebar, hatinya terasa hancur.

Untuk beberapa saat masa depannya bersama Kevin yang telah direncanakannya seakan hilang. Di sisi lain Satria hadir dengan segala kebaikannya memberikan apa yang Indah inginkan pada saat itu. Indah pun kalut dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi ia nyaman dengan segala kebaikan yang diberikan Satria tapi di lain sisi ia juga masih mengharapkan Kevin.

Penderitaan batin yang dirasakannya tidak sampai disitu. Ketika Indah telah merasa nyaman dengan Satria walau hubungan mereka belum jelas, masalah kembali melanda Indah. Kevin kembali kehidupannya. Indah bimbang. Ketika ia memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua untuk Kevin, ia tersadar kalau sebenarnya ia juga mencintai Satria. Ada sedih, kebohongan, penghianatan, cinta yang tak bisa terucap, sayang yang tak tersampaikan, pengorbanan, perjuangan, kenangan, dan impian dalam setiap kisah Indah, Satria, Kevin dan Karina. Ada senyum dan ceria yang terbentuk, namun ada kalanya air mata tak terbendung. Pilu.

My Perfect Sunset betul-betul sangat berkesan. Novel ini sangat layak diberikan applause dan acungan jempol. Plot cerita sangat kuat dibangun oleh penulis, bahkan sejak awal. Tak hanya disitu, penghadiran konflik dalam novel ini benar-benar sangat superb. Kombinasi plot cerita dan konflik sangat terlihat rapi jika anda membaca novel ini, membuat saya sebagai pembaca merasa takjub, terheran-heran sendiri dengan apa yang terjadi pada saya saat membaca novel ini, dan membuat saya mati penasaran saat saya membaca dari satu halaman ke halaman berikutnya.

Penggambaran karakter tokoh sangat detail dan terkesan kuat. Hal ini membuat pembaca benar-benar meresapi perasaan tokoh dalam cerita. Pembaca seakan dapat merasakan derita yang dirasakan Indah saat ia sulit mengerti akan perasaannya pada Satria dan saat ia tak dapat mengutarakan perasaan yang sebenarnya pada Satria. Penulis benar- benar mengeksplore perasaan tokoh dalam cerita, seakan-akan senang sekali "mempermainkan hati" tokoh dalam cerita. Tak hanya disitu penggambaran setting juga pas sehingga deskripsi dalam cerita terasa nyata.

Alur cerita secara keseluruhan merupakan alur maju, tapi ada beberapa yang mengulas ke belakang. Penulis dengan apik membuat alur cerita menjadi begitu mengalir. Pemakaian diksi yang tepat, bahasa yang ringan serta kemampuan penulis menghidupkan ceritanya benar-benar menarik paksa imajinasi pembaca masuk ke dalam cerita. Alhasil, penulis membuat pembaca penasaran dan selalu menduga apa yang ada di halaman selanjutnya.

Kyria sangat cerdas dalam memberikan kejutan-kejutan tertentu yang memberikan sensasi tersendiri serta membuyarkan dugaan akan akhir pada beberapa bagian cerita. Seperti pada halaman 236-243 yang menceritakan tentang percakapan Indah dan Satria di telepon. Satria mengutarakan perasaan hatinya kembali, tapi miris, Indah seakan berat membalasnya, sulit mengatakan yang sesungguhnya bahwa ia mempunyai perasaan yang sama. Akhir percakapan mereka, Indah tertegun saat ia menoleh ke arah jendela. Ternyata ada Satria di depan pagar rumahnya. Ia disana selama percakapan itu terjadi. Satria tersenyum, ia melambaikan tangannya dan kemudian pergi.

Sebagai pembaca, saya merasa sangat takjub dengan My Perfect Sunset. Luar biasa, saya hampir tidak menemukan typo dalam novel ini. Iya, hampir, kecuali kesalahan penulisan di halaman 336 baris kedua dari atas. "Nmun, tangan Satria tampak gemetar saat hendak menulis". Kata "nmun" seharusnya ditulis "namun". Ada juga sedikit hal yang mengganggu saya. Kenapa penulis seakan sedikit membahas tentang sunset? Kan judulnya My Perfect Sunset, atau memang sengaja penulis ingin menimbulkan makna kiasan dari judul dengan isi cerita?

Jujur saja, saya sangat sulit menemukan kekurangan dalam novel dari Bentang Pustaka ini. Hanya saja quote atau kutipan tersendiri dari penulis sangat sedikit. Menurut saya hadirnya quote itu penting dan memberikan keindahan tersendiri dari setiap bagian novel itu. Hadirnya quote juga dapat memberikan nilai plus dalam sebuah tulisan. Tapi di lain sisi saya juga berpikir mungkin Kyria sengaja melakukan hal ini. Mungkin ia menginginkan penikmat tulisannya menjadi pembaca yang cerdas, yang menciptakan quote-nya sendiri dari keindahan tulisannya.

Di lain sisi, saya hampir kesulitan menemukan pesan yang sebenarnya ingin disampaikan penulis dalam novel ini. Hal ini saya rasakan karena saya terlalu terbawa permainan imajinasi penulis. Akan tetapi, bukan berarti dalam novel ini tidak ada pesan. Setelah saya cermati, novel dengan tebal 370 halaman ini sangat sarat akan pesan dan nilai.

Pertama, saat scene Satria dipertemukan dengan ibu dan adiknya sehari sebelum pertandingan tinjunya. Sebagai pembaca, saya sangat terharu melihat adegan ini. Satria yang dulu selalu menyakiti dan telah meninggalkan ibunya kaget melihat sosok tua itu datang tanpa ada amarah sedikitpun. Satria juga tertegun melihat ibunya datang dengan kerinduan yang sangat. Ibu Satria melangkah dengan mata berkaca-kaca seraya mengusap lengan Satria dan menanyakan kabar anaknya itu. Kyria, lewat scene ini, seolah memflashback kehidupan pembaca dan membuat bercermin akan dirinya sendiri seraya bertanya "Apa yang sudah kita lakukan terhadap ibu kita agar membuatnya tersenyum bahagia?".

Kedua, penulis juga seolah mengajak kita termenung sejenak dan berpikir melihat kehidupan zaman sekarang lewat karakter Indah. Indah digambarkan sebagai sosok yang mandiri, ia bersikeras menolak orang tuanya untuk mengiriminya uang. Saya menilai bahwa penulis sangat jeli melihat fenomena seperti ini di setiap kehidupan. Penulis seolah mengkritik terhadap semua dewasa muda yang mungkin terlalu nyaman dengan ketidakproduktifannya atau yang mungkin terlalu takut berusaha karena terlalu banyak berpikir akan hal buruk yang sebenarnya hanya ada dalam pikirannya.

Ketiga, saat scene Satria dan Indah berada di atas bukit seraya menunggu sunset datang. Banyak kutipan menarik dan kaya akan nilai dan pesan, seperti:
[...] "Kau berjuang sekuat tenaga agar bisa melihat sunset-mu yang sempurna." (hlm. 170)
"Kau gadis yang sangat berani. Kau lebih kuat daripada yang kau kira, hanya saja kau tak menyadarinya. Kau adalah seorang gadis yang tak gentar menatap mata para perampok dan menolak untuk menyerah. Gadis yang luar biasa." (hlm. 171)
Sunset. Sumber gambar disini
...dan masih banyak lagi pesan yang disampaikan dalam novel ini. Banyak juga moment indah yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis, lewat seluruh rangkaian cerita cinta dan berbagai konflik yang mewarnainya dalam novel ini, menanamkan bahwa sebuah cinta harus dibangun atas dasar kesetiaan, kepercayaan sebagai pondasinya, dan kejujuran sebagai mahligainya. Lewat novel ini juga Kyria seolah berpesan bahwa kesetiaan itu adalah hal yang paling penting, emas dari sebuah hubungan. Novel ini juga seolah memberitahukan kita untuk terus memiliki mimpi dan jangan menyerah dalam menggapainya, sunset yang sempurna.

Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangan, novel ini sangat patut untuk dibaca atau mungkin dijadikan teman pengisi liburan atau weekend anda. Keindahan penulis membawa tema klasik, cinta, pasti akan memanjakan anda dan membuat anda berpikir ulang tentang cinta dan sunset-mu sendiri.
Akhir kata, 5 of 5 star for My Perfect Sunset by Kyria.


"Ini adalah sunset yang kuhadiahkan untukmu. Semoga kau bahagia dengan Kevin." (hlm. 172)

*****

7 komentar:

  1. Wah... Jadi pengen beli bukunya. :D

    BalasHapus
  2. Pengeeenn punya buku ini :),,,,, wajib masuk dalam daftar belanjaan.... xixixixi (semoga masih beredar ya....)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baru-baru saya baca status penulisnya di FB katanya lagi gak ada di Gramedia kak,, semoga cepet2 cetak ulang yah kak..
      Bukunya bagus, hehehe :)

      Terima kasih sudah mampir kak, salam kenal^^

      Hapus
  3. Saya suka hasil resensi mas nurman..

    Terima kasih, Salam kenal..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pujiannya kak, terima kasih juga sudah berkenan mampir.

      Salam kenal, dari kota Daeng :)

      Hapus
  4. Jdi pingin baca lagi :'(
    Btw, keren banget resensi nya

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung, kasi komentar, saran, atau kritik yah :)

 

Copyright © Garis Satu Kata Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger