Senin, 11 Agustus 2014

Karena Selamanya Tidaklah Cukup Lama Bagiku (Bagimu)



Selama-lamanya tidaklah cukup lama bagiku
Rasanya aku telah cukup lama bersamamu
Lupakanlah dunia, takkan kita biarkan mereka melihat
Tapi masih ada satu hal yang harus kita lakukan

Kepada Tuhan, sudah semestinya kita sampaikan terima kasih teramat dalam. Firman-Nya telah membuat kita paham ihwal masa dan kesabaran. Tentang bersama, menjaga dan tidak menyianyiakan apa saja. Bahwa kalimat-kalimat benar itu menyadarkanku akan genggaman dan berbagai temu; kita. Maka, lupakanlah dunia dengan segala kefanaannya. Mereka tak tahu menahu apa yang sebenarnya terjadi: dalam hati kita. Karena itu, percayalah. Cukup anggukan kepala dan kita akan mulai semua dari "selamanya".

Karena kini beban telah terangkat 
Cinta tentu telah mengalihkan jalanku

Aku pernah percaya pepatah, tentang air dan batu; (cintaku ialah tetes yang jatuh padamu). Bahwa apa yang seharusnya diperjuangkan akan menuai hasil yang gemilang. Maka ketika aku bertemu denganmu: hingga kini, aku mengerti. Beban yang (lama) aku pikul telah ringan bersamaan dengan masing-masing penerimaan kita. Cinta telah menuntun kita, dan masa (dengan begitu romantisnya) yang me-nyata-kannya. Bukankah kamu percaya kalimat itu?

Menikahlah denganku
Hari ini dan hari-hari berikutnya
Menikahlah denganku
Katakanlah kau mau
Bersama tidaklah cukup dekat bagiku
Rasanya aku telah cukup dekat denganmu
Gaunmu putih dan kan sering kuucap kata aku cinta padamu
Dan kau cantik
Karena kini penantian telah usai
Dan cinta akhirnya menunjukkan jalanku padamu

Maka, tolong janganlah menangis, sayang. Apakah keharuan ini terlalu biru? Tak ada yang terlalu istimewa selain dirimu. Gaun putih, paras selembut awan, dan mata dengan tatapan yang selalu memenjarakan (aku). Sungguh. Betapa! Tak sadarkah kecantikanmu sungguh terlalu? Karenanya, tolong berhentilah. Seka air mata dan tersenyum. Dengarkan; tak ada yang lebih sempurna dari aku dan kamu yang menyatu. Karena dekap, degup (jantung), dan dekat (lekat) sungguh tak benar-benar cukup untuk memaknai apa yang telah luruh dari langkah-langkah kita yang selalu berirama sama. Karenanya, (sekali lagi) tolong janganlah menangis. Kesedihan dari gugu isakmu telah melebihi cukup--baik dahulu maupun sekarang. Penantian kita yang lugu telah saling menemukan. Aku ingin pulang. Pada sebuah rumah yang hanya ada aku, kamu dan cinta yang lapang--selalu.

Berjanjilah padaku
Kau kan selalu 
Bahagia di sisiku
Aku berjanji
Kan menyanyi untukmu
Saat dan hingga musik musnah

Kita pernah tertawa pada janji-janji yang tak pernah termiliki. Kita pernah berandai pada mimpi-mimpi yang terlalu tinggi. Kita pernah saling mengerti bahwa tak semua kesepakatan berakhir tertepati. Kita juga yang selalu kompromi bahwa di dunia ini selalu ada hal yang tak pasti. Bahwa setiap hal (selalu saja) ada yang belum bisa dimengerti; dan itu pertanda bahwa kita tak selalu punya jawaban. Di antara kedua dari kita, akulah yang bodoh, dan selalu kamu yang menjelaskan. Tetapi, (kali ini saja) izinkan aku yang menjabar makna semuanya. Bahwa tentang janji, mimpi, dan nyanyian sunyi yang selalu kita tertawakan adalah benih dari rasa yang tumbuh di hatiku: di hatimu. Maka mengertilah sekarang, mulai saat ini--baik aku maupun dirimu--akan satu bahagia, satu rahasia, dan satu nada. Hingga nantinya tiada yang memberi jeda di antara kita.

Dan menikahlah denganku 
Hari ini dan hari-hari berikutnya
Andai kupunya nyali tuk menyapamu di kafe saat itu
Katakanlah kau mau

Jika pengandaian ialah raja, sesungguhnya tak akan pernah ada tanya dan sapa. Jadi, jangan jadikan ini semua ibarat asa semata, karena semua ialah nyata. Cukup menjawab saja. Karena disinilah kita (berada). Duduk di antara sebuah meja (dekat jendela), dengan seikat bunga (sebagai saksi buta) dan yang aku tunggu hanya kata "mau"mu saja.
"Menikahlah denganku...untuk hari ini dan hari-hari selanjutnya"



(Tulisan ini terinspirasi dari sebuah Cerita dalam Lagu yang berjudul "Menikahlah Denganku, ya?" by @el_nafyza, diadaptasi dari lagu Marry Me by Train)

*sumber gambar disini

2 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung, kasi komentar, saran, atau kritik yah :)

 

Copyright © Garis Satu Kata Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger